Tatkala kita ditanyakan tentang Jakarta, kata macet sering tersebut.
Macet sepertinya sudah menjadi menu keseharian dari penduduk Jakarta.
Bahkan pada pilkada lalu, setiap Cagub Jakarta yang bertarung
berkampanye untuk mengatasi salah satu masalah yang melekat di Jakarta
ini.
Saat ini begitu ramainya, sebagian masyarakat Jakarta dan dengan
dukungan akses media "menuduh" proyek busway sebagai biang keladi
kemacetan di Jakarta. Kemacetan di Jakarta semakin terasa pasca
lebaran, seiring adanya proyek busway koridor VIII, IX dan X. Proyek
yang dianggap menjadi biang keladi kemacetan di Jakarta, yang
dikarenakan semakin berkurangnya ruas jalan akibat adanya proyek
tersebut, di desak untuk di hentikan oleh sebagian masyarakat Jakarta.
Saatnya kita coba untuk jujur dalam melihat penyebab soal kemacetan
di Jakarta ini. Apakah saat sebelum adanya proyek busway dilaksanakan,
Jakarta tidak mengalami kemacetan ? Apakah memang busway yang menjadi
penyebab kemacetan di Jakarta ? Tak adakah faktor lain yang menjadi
penyebab utama kemacetan di Jakarta selain busway ?
Kalau kita mau lebih jujur dan tidak asal "tuduh", kemacetan di
Jakarta ini lebih karena disebabkan ketidakmampuan dari daya tampung
jalan di Jakarta karena begitu tingginya volume kendaraan yang ada di
jalanan Jakarta. Dan hal utama yang lainnya adalah tingkat
kedisiplinan dari para pengguna jalan di Jakarta.
Dua faktor di atas, tingginya volume kendaraan dan tingkat
kedisiplinan, lebih "pantas" di "tuduh" sebagai biang keladi
kemacetan. Justru busway di bangun dengan maksud sebagai salah satu
solusi bagi kemacetan di Jakarta. Harapan untuk meninggalkan kendaraan
pribadi dan beralih ke angkutan umum (busway) adalah tujuan dari
proyek busway. Sehingga dengan begitu, dapat mengurangi jumlah volume
kendaraan yang beredar di Jakarta.
Nah, sekarang tinggal bagaimana kemamuan dari para pengguna kendaraan
pribadi di Jakarta, apakah mau mengorbankan sedikit kenyamanan
berkendaraan pribadi dengan beralih ke angkutan umum atau tidak.
Memperbaiki tingkat kedisiplinan dalam berkendara di jalan dengan
mematuhi aturan yang ada, diharapkan dapat juga membantu mengatasi
kewajiban.
Sebab, jika busway itu memang tidak diinginkan keberadaannya oleh
masyarakat, tapi kenyataanya busway selalu di penuhi oleh
penumpangnya. Yang dibutuhkan Jakarta sebagai salah satu solusi
kemacetannya adalah pembangunan transportasi masa yang terintegrasi
dan nyaman bagi para penggunanya. Memang, tingkat kenyamanan
menggunakan fasilitas busway belum mencapai tingkat yang benar-benar
memuaskan, tapi bukan berarti busway mesti dihapuskan dari "jagat"
Jakarta. Tentunya perbaikan untuk mencapai tingkat kepuasan yang
diinginkanlah yang mesti dilakukan dibanding harus menghapus busway.
Jangan lupa juga pengawasan terhadap proyek busway tersebut dari
tindakan korupsi. Karena bagaimanapun juga dana yang digunakan dalam
proyek busway adalah dana rakyat yang mesti jelas dan benar penggunaan
dan pertanggungjawabannya.
Jadi sekarang apakah para pengguna kendaraan pribadi mau mengorbankan
kenyamanan yang didapat dari berkendaraan pribadi untuk beralih ke
angkutan umum ? Maukah para pengguan jalan lebih berdisiplin pada
aturan lalu lintas jalan ? Atau tetap pada masing-masing egonya hingga
yang didapat adalah kemacetan yang tak kunjung usai. Kasian atuh kalau
busway yang terus-terusan dijadikan penyebab kemacetan Jakarta, tapi
penyebab lain kemacetan Jakarta tidak "disenggol". Hidup busway lah,
tetap semangat.
No comments:
Post a Comment