Pages

Thursday, February 4, 2010

Fwd: [Natrekk.Com] Naik Kereta Jakarta-Bandung

Naik Kereta Jakarta-Bandung

Republika, 31 Januari 2010

Naik kereta bisa menikmati pemandangan jurang, sungai, dan sawah di dasar jurang, dari ketinggian rel kereta. Saat saya pertama kali mengunjungi Bandung, banyak teman menyarankan untuk menggunakan jasa travel, bus, atau mobil pribadi. Alasannya sederhana, agar lebih cepat sampai. Sebab sudah ada jalan tol Cipularang yang memperpendek jarak Jakarta-Bandung.

Lewat tol, perjalanan Jakarta-Bandung bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam hingga dua jam. Tapi, jika di akhir pekan, jangan harap sampai di Bandung tepat waktu. Dengan kereta, waktu ditempuh sekitar tiga jam. Kali ini saya mencoba moda transportasi alternatif untuk pergi membeli batagor atau bolen di Bandung. Pertengahan Januari yang lalu PT Kereta Api (KA) mengadakan heritage railway trip . Dari namanya saja tentu sudah ketahuan tujuan dari kegiatan itu  kan ?

Kereta api, kini bukan alat transportasi utama lagi. Perjalanan melalui tol yang cenderung lebih cepat memang lebih digemari. Tapi ternyata, pengalaman pertama saya berkereta api ke Bandung itu membawa kembali ke pengalaman masa lalu.

Berada di dalam gerbong yang dingin karena AC, terasa seperti berada di kapsul waktu. "Jakarta-Bandung adalah jalur tua, yang sudah dibangun sejak 1800-an,'' jelas Laila Ubaidi, kepala Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah, dalam perjalanan itu. ''Jalur itu juga melewati stasiun bersejarah pula," lanjut dia.

Langit Jakarta pagi itu mendung ketika kami berangkat. Besi-besi rel kereta mengkilap karena basah. Hawa dingin tentu semakin menusuk. Tapi cerita-cerita sejarah yang terlontar membuat perhatian seketika teralihkan. Stasiun Manggarai, misalnya, disebut sebagai tempat pemberhentian kereta yang penuh dengan kenangan. Di stasiun itulah para pejuang kemerdekaan turun dan melanjutkan perjalanan ke rumahnya masing-masing.

Pada awalnya, jalur Jakarta-Bandung belum pernah terpikirkan untuk dibuat. Pada tahun 1869 pernah dibuat jalur kereta ke Bogor. Saat itu Bandung masih menjadi daerah yang terpencil dan terbelakang. Jalur ke Bogor itu kemudian dilanjutkan ke Sukabumi dan pada akhirnya sampai di Bandung pada 1884.

Tahun 1906, jalur ke Bandung bisa ditempuh melalui Cikampek. Stasiun Cikampek lantas menjadi tempat persilangan kereta yang akan menuju ke arah timur Jawa atau ke Bandung.

"Kalau di stasiun Purwakarta ini biasanya jadi tempat mengganti lokomotif. Karena areanya menanjak jadi butuh lokomotif yang lebih bertenaga,'' ujar pemandu, ketika berhenti di stasiun Purwakarta. Zaman itu, lokomotif masih disebut Si Gombar.

Jika pernah menggunakan kereta ke Bandung, pasti merasakan di tengah perjalanan kereta sempat berjalan sangat lambat. Ada dua alasan yang menjelaskan hal tersebut. Pertama memang karena jalurnya menanjak. Kedua, karena struktur tanah yang curam sehingga jika dipacu dengan kecepatan tinggi bisa terjadi longsor.

Lepas dari Purwakarta pemandangan menjadi semakin indah. Kereta menyusuri sisi bebukitan. Itulah sebabnya pemandangan hijau terhampar di kiri dan kanan kereta. Sawah-sawah, perbukitan, memberikan kesejukan mata. Jalur tol juga memberikan keindahan ini, tapi ada bedanya. Naik kereta, bisa menikmati pemandangan jurang, sungai, dan sawah di dasar jurang dari ketinggian rel kereta.

Tidak berapa lama lamunan saya buyar, ketika pemandu mengatakan bahwa kereta sebentar lagi akan memasuki terowongan. Terowongan Sasaksaat, panjangnya mencapai 950 meter. Terowongan ini menerobos bukit Cidepong.

Dulu, Belanda mempekerjakan paksa ribuan rakyat Indonesia untuk mengerjakan terowongan itu secara manual. Gelap, panjang, dan memiliki sejarah kelam, membuat Sasaksaat menjadi beraroma mistis. Tidak jarang penduduk sekitar memberi tumbal ke terowongan itu.

"Tapi biasanya, kalau sudah lewat terowongan itu orang yang mau ke Bandung jadi lega. Karena jadi tanda kalau sudah mau sampai," celetuk rekan saya.Benar saja, tidak berapa lama, rombongan sudah tiba di Bandung. Kami kemudian diajak untuk melihat Si Tedi. (n ed priyan)

__._,_.___

No comments: