Friday, 14 October 2011
Pekan terakhir ini ruang dialog publik banyak diisi perbincangan tentang
perombakan kabinet.Berbagai spekulasi muncul tentang siapakah sosok
terbaik untuk menjadi menteri.
Siapa pula menteri yang dinilai tidak kapabel sehingga layak
diganti.Drama pun tergelar dan efeknya perombakan kabinet menjadi
tontonan panjang yang ramai. Publik hiruk-pikuk, beriringan dengan
keputusan yang tak kunjung diambil kian menambah panjang episode tentang
reshuffle. Seharusnya dipahami, proses reshuffle bukanlah sebuah drama
dengan episode-episode panjang yang harus menyita perhatian penonton.
Reshuffle seharusnya dimaknai sebagai ikhtiar memperbaiki kinerja
kabinet yang semakin nyaring dikeluhkan publik.Reshuffleadalah momentum
untuk mengganti menteri yang lebih mengutamakan kepentingan partai
politik daripada kepentingan masyarakat. Reshuffle adalah peluang untuk
mengganti menteri yang secara etika tidak pantas, lebih banyak nilai
merah di rapornya, serta gagal mengejawantahkan program.
Reshuffle seharusnya dimaknai sebagai penyegaran kabinet dengan harapan
perbaikan. Paling penting lagi perombakan seharusnya mampu menjadikan
tim bekerja efektif dengan tingkat koordinasi yang bagus.Harus diakui
koordinasi yang buruk menjadi salah satu titik kelemahan Kabinet
Indonesia Bersatu II. Publik sudah jamak mendengar, perbedaan pernyataan
antarmenteri di jajaran kabinet.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad pernah berbeda pendapat
dengan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu soal impor garam.Fadel
menilai tidak perlu impor garam karena kebutuhan dalam negeri masih
mencukupi, sedangkan Mari menilai perlu mengimpor garam karena
produksinya lebih baik. Mari Elka Pangestu juga pernah beda pendapat
dengan Menteri Perindustrian MS Hidayat tentang kebijakan ekspor rotan.
MS Hidayat menegaskan ekspor bahan baku rotan harus distop.
Sedangkan Mari berpendapat sebaliknya. Tentu ironis jika dalam sebuah
organisasi sepenting kabinet, pernyataan antara menteri satu dan yang
lain bertolak belakang. Bagaimana bisa bekerja dengan bagus jika visi
dan misinya berbeda. Bagaimana menghasilkan tarian yang rancak dan
dinamis jika para penarinya tidak seirama.
Dan ketika soliditas kabinet diragukan, pandangan publik yang tak dapat
dihindari adalah output kebijakan yang buruk. Banyak pihak melupakan
bahwa koordinasi sesungguhnya elemen paling penting dalam keberhasilan.
Sebuah ikatan yang senyawa punya probabilitas lebih besar untuk
menghasilkan kebijakan sesuai harapan.Ironisnya,banyak organisasi
termasuk kabinet kita melakukan kesalahan ini secara konstan.
Sebuah contoh yang paling sering ditunjukkan untuk menggambarkan betapa
pentingnya koordinasi adalah kisah para pelari estafet 4x100 meter
Amerika Serikat pada Olimpiade 2008 Beijing. Saat itu mereka terdiri
atas empat pelari papan atas dunia.Mereka menjadi unggulan utama peraih
emas. Pada babak kualifikasi Olimpiade 2008,yang seharusnya mudah
dilalui,terjadi kesalahan fatal ketika tongkat estafet yang seharusnya
mulus dioper akhirnya terjatuh. Tim yang diunggulkan mendapatkan emas
pun didiskualifikasi pada tahapan paling awal.
Sang pelatih berujar, latihan mengoper tongkat estafet dilakukan para
pelari "jutaan kali".Tetapi belakangan diketahui, dua pelari yang
terlibat hingga tongkat estafet itu terjatuh ternyata belum sering
berlatih bersama. Moral cerita ini adalah seberapa hebat
individu-individu dalam sebuah tim, tanpa koordinasi dan ikatan senyawa
yang bagus hanya akan menjadi tim yang tumpul. Begitu pula dalam
kabinet, peran konduktor dan pemusik harus sinergi untuk menciptakan tim
yang solid.Reshuffleseharusnya menjadi momentum untuk tujuan itu.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/435704/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
No comments:
Post a Comment