Jadi ingat pernyataan Siti Jumroh dari LIPI,
sebuah isntitusi yang mempunyai konotasi
integritas keilmuan dan subyektifitas serta
kecerdasan, bahwa PKS disebut "gendhès
kenés" atau kurang lebih menggoda nakal
dan menggemaskan" karena menurut SJ
koalisi mestinya tidak demikian. Ini diucapkan
dalam acara Mata Najwa.
Saya tertegun mendengar pernyataan tersebut.
Pertama soal norma koalisi yang harus sama dengan
di barat, padahal sistem kita presidensial bukan
parlementer dimana presiden dipilih langsung
oleh rakyat dengan satu kali putaran dan 61%.
Artinya dukungan rakyat itu besar sekali. Jadi,
tanpa dukungan parlemen rakyat Presden
memperoleh legitimasi mayoritas. Biarkan saja
rakyat yang menilai.
Ke dua, tampaknya SJ tidak memahami benar apa
sebenarnya yang sedang ada dalam diri PKS. Sebuah
taruhan besar untuk citra PKS dan komitmennya
sebagai wakil rakjyat apalagi pertaruhan 2014.
Ketika proses demikian terbuka, pada dasarnya
rakyat sudah bisa menilai bagaimana sikap para
wakil rakyat itu. Ini yang membuat Syamsudin
Harius terlihat berwajah tegang dengan otot muka
tertarik keatas ketika mengkritik media yang
telah membawa opini seakan-akan tujuh fraksi itu
yang benar.
Mungkin SJ kurang banya mengikuti sidang Pansus
dan kurang banyak mengikuti perkembangan
informasi mengenai Pansus di Media melalui
dialog, atau siaran interaktif. Apakah PKS harus
senada dengan PD atas nama koalisi dan
itu dipandang sebagai sebuah kebenaran? Lihat
saja nasib PKB di 2014
Pantas disayangkan karena nama LIPI melekat.
On 2/20/2010 8:13 AM, Koran Digital wrote:
sebuah isntitusi yang mempunyai konotasi
integritas keilmuan dan subyektifitas serta
kecerdasan, bahwa PKS disebut "gendhès
kenés" atau kurang lebih menggoda nakal
dan menggemaskan" karena menurut SJ
koalisi mestinya tidak demikian. Ini diucapkan
dalam acara Mata Najwa.
Saya tertegun mendengar pernyataan tersebut.
Pertama soal norma koalisi yang harus sama dengan
di barat, padahal sistem kita presidensial bukan
parlementer dimana presiden dipilih langsung
oleh rakyat dengan satu kali putaran dan 61%.
Artinya dukungan rakyat itu besar sekali. Jadi,
tanpa dukungan parlemen rakyat Presden
memperoleh legitimasi mayoritas. Biarkan saja
rakyat yang menilai.
Ke dua, tampaknya SJ tidak memahami benar apa
sebenarnya yang sedang ada dalam diri PKS. Sebuah
taruhan besar untuk citra PKS dan komitmennya
sebagai wakil rakjyat apalagi pertaruhan 2014.
Ketika proses demikian terbuka, pada dasarnya
rakyat sudah bisa menilai bagaimana sikap para
wakil rakyat itu. Ini yang membuat Syamsudin
Harius terlihat berwajah tegang dengan otot muka
tertarik keatas ketika mengkritik media yang
telah membawa opini seakan-akan tujuh fraksi itu
yang benar.
Mungkin SJ kurang banya mengikuti sidang Pansus
dan kurang banyak mengikuti perkembangan
informasi mengenai Pansus di Media melalui
dialog, atau siaran interaktif. Apakah PKS harus
senada dengan PD atas nama koalisi dan
itu dipandang sebagai sebuah kebenaran? Lihat
saja nasib PKB di 2014
Pantas disayangkan karena nama LIPI melekat.
On 2/20/2010 8:13 AM, Koran Digital wrote:
KOALISI SBY RETAK Demokrat: PKS Bagaikan Duri Dalam Daging Jumat, 19 Februari 2010, 18:53:13 WIB Laporan: Parni Dirman Jakarta, RMOL. Manuver politik kader PKS di Pansus Centurygate membuat gerah berbagai kalangan. Demikian dikatakan oleh salah satu Ketua Komite Nasional Masyarakat Indonesia (KNMI) dan Sekretaris Departemen Politik DPP Partai Demokrat, Irfan Ghani, kepada Rakyat Merdeka Online hari ini (Jumat, 19/2). Menurut Irfan, KNMI juga menilai bahwa manuver tersebut tidak etis, apalagi soal wacana pemakzulan terhadap Wakil Presiden Boediono. Padahal, PKS adalah partai pendukung atau mitra koalisi. "Kita mempertanyakan manuver PKS yang terlalu ngotot di Pansus Centurygate untuk mengungkap berkenaan dengan bentuk pelanggaran yang terjadi. Semua itu seharusnya dibuktikan secara hukum," ujar Irfan. Dalam pandangan Irfan, PKS harus memperhatikan mitra koalisi yang lain. Irfan menduga ada agenda politik di balik manuver PKS, termasuk soal posisi tawar di pemerintahan (kabinet). Sayangnya, manuver tersebut dijalankan secara tidak etis. "Kalau PKS mau menang sendiri, menang dululah di Pemilu. Jangan mimpi jadi pemimpin koalisi. Serahkan saja kasus Century ini kepada hukum. Kalau PKS mau keluar dari koalisi, kita akan amini karena saat ini PKS mengganggu dan bikin risih saja. Seperti duri dalam daging," tegas Irfan. [fik]Sumber : http://goo.gl/vMiW
No comments:
Post a Comment