Pages

Sunday, October 16, 2011

[Koran-Digital] Ajeg! Re: KOMARUDDIN HIDAYAT: Islam Mazhab Indonesia

Mantab Jeg! Indonesia gak perlu "warna agama" krn udah dari sononya berpelangi.

Ajeg gua anggap pengamat Indonesia yg cerdas dan tegas.

Salam dari Amsterdam Jeg! Tetap smangat!

HL

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: ajeg <ajegilelu@yahoo.com>
Sender: koran-digital@googlegroups.com
Date: Sun, 16 Oct 2011 07:23:04
To: Koran Digital<koran-digital@googlegroups.com>
Reply-To: koran-digital@googlegroups.com
Subject: Re: [Koran-Digital] KOMARUDDIN HIDAYAT: Islam Mazhab Indonesia


Kurang jelas apa yang maksud "mazhab" di sini sebab
contoh-contoh yang disebut Komaruddin Hidayat ini
sebetulnya masih persoalan "warna" atau "flavour";
Islam dengan citarasa Indonesia.

Sebelum agama-agama asing berdatangan, perempuan di
nusantara sudah biasa bekerja di luar rumah - di pasar,
di ladang, atau sekedar menjadi abdi di istana maupun
di rumah para penggede. Mereka juga sudah adab dalam
berbusana yang gaya pada eranya. Begitu pula di sektor
sospol. Tidak sedikit perempuan nusantara yang menjadi
pemimpin bahkan ratu. Suku Minang bahkan menempatkan
perempuan di posisi penuh wibawa.

Artinya, dalam kehidupan sosial & politik, keragaman
serta kebersamaan sudah melandasi jiwa komunal masyarakat
nusantara.

Itu sebabnya berbagai peradaban yang berdatangan ke
nusantara, Hindu, Budha, Islam, Kristen, mudah diterima
penduduknya. Pola hidup yang dibawa peradaban asing itu
bukan hal asing bagi masyarakat kepulauan ini. Terbukti,
ada Hindu-Budha "rasa" Bromo; Kristen "rasa" Flores;
maupun Islam "rasa" Bali dst.

Bukan kebetulan kalau Islam yang lebih banyak terserap
dalam masyarakat majemuk yang punya kesadaran tunggal
bahwa hidupnya berkait erat dengan alam sekitar, bukan
melulu terikat hirarki politik kerajaan, sesepuh dll.
Kesadaran yang rumusnya seringkas: "Dan tiadalah
Kami mengutusmu melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam" (QS 21:107). Rumusan yang menjadi pokok
keimanan maupun kehidupan manusia, terlebih dalam
menyikapi gejala alam seperti pemanasan global saat ini.

Jadi, jelas bahwa sebelum Islam datang, masyarakat di
kepulauan nusantara sudah menjalankan peran sebagai
rahmat bagi alam semesta. Kedatangan Islam, juga agama
lain, hanyalah sebagai 'gong' dimulainya peran itu secara
komunal, dan Proklamasi adalah gerbang untuk berangkat
mengajak komunitas yang lebih luas, dunia.

Karena itu, rasanya terlalu terburu-buru memakai istilah
"Islam mazhab Indonesia". Selain berkonotasi melulu ke
persoalan fiqih-aqidah-tauhid (sangat mengundang sinisme
dari kalangan fanatis), juga bisa antiklimaks dalam konteks
kajian demokrasi di forum internasional yang baru melek Islam,
terutama dengan bergolaknya dunia Arab saat ini.

Tidak ada yang bisa dibanggakan dari demokratisasi
Indonesia sekarang karena "presiden demokratisnya" sudah
lama berhenti bicara perubahan iklim sekalipun Indonesia
adalah tuanrumah persiapan konferensi perubahan iklim yang
melahirkan Bali Roadmap.

Tidak ada yang bisa dibanggakan dari demokratisasi
Indonesia sekarang karena "presiden demokratisnya" tak peduli
nasib pengungsi domestik, termasuk korban lumpur Bakrie yang
mengambinghitamkan alam.

Di bawah kekuasaan "presiden demokratis" yang sekarang, Islam
justru berasa pait dan bau anyir dengan teror bom serta kelakuan
segelintir fanatis yang tak berkesudahan.


--- From: Koran Digital <korandigital@...>

> Islam Mazhab Indonesia
> Friday, 14 October 2011
>
> Sejak gelombang demokratisasi merambah ke dunia Islam, perkembangan
> Islam Indonesia lalu mencuat menjadi sorotan dan objek kajian di
> berbagai forum internasional.
>
> Dosen-dosen muda di lingkungan perguruan tinggi Islam, semacam
> Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Universitas Islam Negeri
> (UIN), banyak yang kemudian memperoleh tawaran beasiswa studi ke
> perguruan tinggi Barat untuk meraihprogrammasterdandoktor di bidang
> ilmu sosial yang berkaitan dengan dinamika sosial keagamaan di
> Indonesia. Oleh para pemerhati ilmu sosial, Indonesia merupakan
> laboratorium eksperimentasi Islam dan demokrasi yang selama ini
> keduanya dianggap tidak kompatibel.
>
> Mereka heran dan kagum atas eksperimentasi dan kemajuan
> demokratisasi di Indonesia yang merupakan kantong umat Islam
> terbesar di dunia, tanpa harus melakukan sekularisasi dengan
> senjata seperti yang dilakukan Kemal Ataturk di Turki.Ormas
> keagamaan dan parpol berbasis keagamaan justru menjadi motor
> demokratisasi di Indonesia. Sekarang tren serupa juga muncul di
> negara- negaraTimurTengah.
>
> Peran Islam dalam konteks keindonesiaan sesungguhnya sudah lama
> menjadi kajian sekelompok sarjana dan intelektual Indonesia.
> Terutama mereka yang memiliki latar belakang santri dan mendalami
> teori-teori ilmu sosial. Forum ini menyelenggarakan pertemuan
> setiap tahun dalam wadah Annual Conference on Islamic Studies
> (ACIS) yang saat ini sudah masuk tahun ke-11.
>
> Pada 10-13 Oktober 2011,ACIS melaksanakan konferensi bertempat di
> Bangka Belitung dengan tema Merangkai Mozaik Islam dalam Ruang
> Publik untuk Membangun Karakter Bangsa yang difasilitasi oleh
> Kementerian Agama. Pada forum tersebut hadir para pemakalah dari
> dalam dan luar negeri antara lain dari Mesir, Amerika Serikat,
> Malaysia, dan Yordania, menyajikan sekitar 345 makalah dengan
> jumlah peserta yang hadir tidak kurang dari 600 orang.
>
> Kalau sekitar 20 tahun lalu penulisan Islam Indonesia mayoritas
> dilakukan oleh sarjana asing, sekarang sudah banyak sarjana muslim
> Indonesia yang menulis tentang Indonesia ke dalam bahasa asing,
> sehingga menampilkan konten dan nuansa yang sangat berbeda. Ketika
> seorang santri yang juga doktor ilmu sosial menulis tentang
> pesantren misalnya tentu lebih mampu menyajikan data dan pengalaman
> otentik ketimbang peneliti asing yang melakukannya.
>
> Begitu pun penulisan dalam bidang lain.Hasil pengamatan sarjana
> asing dan sarjana dalam negeri tentu saling melengkapi. Bahkan ada
> di antara mereka yang melakukan riset bersama untuk diterbitkan
> dalam jurnal internasional. Berdasarkan hasil penelitian yang ada,
> Islam Indonesia memiliki mazhab tersendiri yang berbeda dari
> tradisi Islam di Timur Tengah.
>
> Baik dalam pemikiran politik, fikih, hubungan sosial, maupun
> pendidikan, pemahaman dan pemikiran Islam yang tumbuh di Indonesia
> punya warna dan karakter. Yang paling fenomenal adalah inovasi dan
> gaya busana muslimah Indonesia yang menjadi tren dunia Islam lain.
> Dari aspek politik, Indonesia sejak awal berbentuk republik dan
> negara bangsa,bukan kerajaan dan kesultanan, sangat berpengaruh
> pada partisipasi rakyat dalam gerakan sosial.
>
> Di Indonesia keragaman agama dan budaya memiliki tempat yang sama di
> depan hukum dan negara meskipun mayoritas rakyatnya beragama Islam.
> Ini jelas berbeda dari Arab Saudi, tempat kelahiran Islam, yang
> berbentuk kerajaan. Pola hidup penduduk bangsa maritim yang juga
> memiliki wilayah pertanian subur tentu berbeda dari gaya hidup
> penduduk padang pasir. Di Arab Saudi sampai hari ini wanita
> dilarang mengemudikan mobil.
>
> Sedangkan di Indonesia bahkan ada wanita yang menjadi pilot pesawat
> terbang. Karier ini pasti berimplikasi pada fikih maritim dan fikih
> udara.Bagaimana tata cara salat bagi para pelaut dan pekerja udara
> tentu memerlukan fikih baru yang belum terpikirkan oleh ulamaulama
> klasik yang tinggal di wilayah sahara dan savana.
>
> Demikianlah setiap agama selalu tumbuh berkembang bersama tradisi
> dan kondisi geografis daerah setempat.Terjadi proses tawar-menawar
> antara ajaran agama dan budaya pemeluk. Meski agama diyakini datang
> dari Tuhan Yang Maha-absolut,akhirnya agama berkembang di tangan
> pemeluknya yang juga makhluk budaya yang demikian beragam.
>
> Karena itu, tidak berlebihan jika Islam Indonesia akan melahirkan
> sebuah mazhab baru yang memperkaya warna Islam yang berkembang di
> Timur Tengah dan keberislaman yang berkembang di Barat yang
> posisinya sebagai minoritas. Tanpa banyak publikasi para pemerhati
> ilmu sosial, Indonesia sungguh diuntungkan oleh semakin banyaknya
> sarjana muslim yang secara rasional-intelektual selalu melakukan
> riset dan kajian Islam Indonesia sebagaimana program tahunan ACIS
> ini.
>
> Mereka adalah generasi baru kalangan santri yang tercerahkan dan
> memiliki alat intelektual yang cukup untuk ikut menjelaskan dinamika
> sosial keagamaan Indonesia pada dunia luar yang akhir-akhir ini
> diinterupsi oleh perilaku sekelompok ekstremis- radikalis yang
> melakukan bom bunuh diri dengan dalih jihad.
>
> Untuk membicarakan dinamika sosial-politik Indonesia, rasanya tidak
> lengkap kalau tidak memasukkan variabel agama, khususnya Islam yang
> dipeluk oleh mayoritas warga bangsa. Memang sangat diperlukan
> sekelompok intelektual muslim yang bersikap independen, mengambil
> jarak dari perebutan kekuasaan dan politik, lalu memikirkan format
> dan arah Islam mazhab Indonesia ke depan.
>
> PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
> Rektor UIN Syarif Hidayatullah

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

No comments: