Pages

Wednesday, April 14, 2010

Pidato Sri Mulyani

PENGARAHAN DAN PEMBUKAAN OLEH MENTERI KEUANGAN
DALAM RANGKA RAPAT PIMPINAN KETIGA TAHUN 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DI AUDITORIUM GEDUNG UTAMA KANTOR PUSAT DJP
SENIN, 5 APRIL 2010



Bismillahirrahmanir rahim.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.


Selamat pagi dan salam sejahtera.


Ibu dan Bapak sekalian,
Kita hari ini bertemu dengan suasana yang sangat berbeda dengan mungkin sebulan lalu waktu Bapak Presiden di ruang yang sama, di depan anda semua menyerahkan SPT dengan seluruh para pejabat negara. Betul? betul. Suasana yang anda rasakan hari ini dengan sebulan yang lalu sangat berbeda. Ini karena sebuah karya dari salah seorang jajaran kita. Betul? Betul. Bangga kita? Jelas tidak. Kecewa kan? Iya. Marah? Iya. Saya Alhamdulillah kalau ada masih punya perasaan kecewa dan marah, mestinya merasakan lebih malu lagi bahwa saya mengundang begitu banyak pejabat dan begitu banyak media massa berjejer-jejer di sana memberikan peliputan terhadap apa yang dilakukan dengan begitu besarnya kepercayaan dari Bapak Presiden, para pejabat lain dan kemudian kita sampaikan di seluruh Indonesia mengenai kewajiban menyerahkan SPT untuk WP Pribadi tanggal 31 sebagai hari terakhir dan ternyata walaupun kita terterpa masalah, tadi disampaikan oleh Pak Dirjen bahwa ternyata jumlah dari SPT masih meningkat. Untuk itu, saya masih menyampaikan terima kasih kepada anda semua yang bekerja sangat keras untuk bisa mendapatkan hasil mulai dari jumlah SPT-nya, nanti compliance-nya dan yang paling penting pada akhirnya adalah penerimaan negara. 

Bulan April bukan bulan yang mudah. Saya tahu anda sekalian masih harus bekerja untuk WP Badan dan ini adalah pertaruhan kita paling besar. Saya tidak ingin seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang duduk pada hari ini tiba-tiba menjadi tidak punya semangat, tidak punya lagi kepercayaan diri dan harga diri untuk bertugas. 

Anda masih punya semangat tidak? Masih. 
Walaupun kecewa, anda masih merasa punya harga diri gak untuk bisa menjalankan tugas?Masih.
Masih ada sisa kepercayaan diri gak untuk bisa tegak menjalankan tugas negara? Masih.
Saya butuhkan itu.

Saya tahu ini adalah suasana yang tidak mudah kalau anda bicara tentang kemarahan, bicara tentang kekecewaan bahkan kalau kita mengatakan sakit hati, saya adalah orang yang paling dipermalukan. Tidak cukup rasanya satu kata atau perbuatan apapun untuk mencuci perasaan itu. Karena kita semua yang ada di sini, saya anggap anggap semua merasa dikhianati. Itu adalah kata yang paling tepat, anda semua merasa dikhianati oleh perbuatan dari seseorang atau sekelompok orang. Mari kita sekarang mulai duduk dan mengevaluasi dengan jernih dan dingin karena saya tidak ingin kita semua terlibat di dalam emosi yang tidak perlu. Perasaan kita marah, malu, kecewa, merasa dikhianati, itu penting untuk kita salurkan bagi memperbaiki Direktorat Jenderal Pajak. 
Anda masih percaya, kita masih bisa memperbaiki gak reputasi Direktorat Jenderal Pajak? Masih.
Apakah saya masih bisa percaya pada Anda? Masih.
Apakah anda akan mengecewakan saya lagi? Tidak.
Mari kita mulai sekarang satu demi satu.

Sdr. Gayus yang sekarang jauh lebih terkenal dari Menteri Keuangan yang 6 (enam) bulan ini juga terkenal, telah membuat seluruh reputasi Direktorat Jenderal Pajak dan bahkan Kementerian Keuangan dipertaruhkan. Saya mungkin tidak perlu untuk menjelaskan. Dua bulan yang lalu kalau saya tidak salah, Pak Tjiptardjo Rapim kalau saya tidak salah di Gedung yang baru. Saya sudah mengingatkan anda semua waktu itu padahal di tengah-tengah badai yang saya harus hadapi sendiri. Saya mengingatkan anda semua, jangan sampai Direktorat Jenderal Pajak akan mengalami situasi seperti Bank Indonesia. Ingat? Ingat. Betapa saya sangat-sangat kecewa, karena saya kan mengatakan, suatu institusi begitu anda dipersepsi oleh publik menjadi institusi yang buruk maka sungguh sulit untuk membangunnya kembali. Membangunnya membutuhkan waktu lama bahkan kadang-kadang perlu pengorbanan yang sangat tidak sedikit. Kadang-kadang masyarakat kita juga sangat kejam, karena mereka meminta bukti pada saat mereka sudah tidak percaya pada kita dan untuk membuktikan itu, kadang-kadang kita tidak bisa lagi hanya mengatakan, saya berjanji karena mereka menginginkan suatu aksi nyata dan untuk itu pilihan sulit harus kita hadapi dan ternyata bahkan kemudian kita harus menghadapi situasi ini. Nah, ini kita evaluasi dengan objektif dan dini.

Kedua, saya mau ingatkan sekali lagi, waktu saya melantik Pak Tjiptardjo dan Rapim pertama dengan anda semua para pimpinan, mungkin tidak termasuk seluruh KPP karena sekarang jumlahnya banyak. Tapi kalau anda mengikuti pidato saya waktu pelantikan dan kemudian Rapim pertama, saya mengatakan kepada anda semua. Ini adalah pilihan untuk memilih Direktorat Jenderal Pajak yang berasal dari dalam bukan pilihan mudah. Anda semua tahu apa yang saya pertaruhkan waktu itu, yaitu saya mengembalikan komandan dari Direktorat Jenderal Pajak kepada anda lagi. Karena saya percaya bahwa institusi ini bisa dipimpin oleh siapa pun yang terbaik dari Direktorat Jenderal Pajak. Itu adalah keharusan organisasi yang kalau dia sudah bisa dipercaya. 

Tantangan maupun ujian yang harus dihadapi pertama oleh Pak Tjiptardjo dan seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak adalah penerimaan negara 2009. Meskipun kita selip sedikit, paling tidak itu masih agak bisa kita pertanggungjawabkan , masih bisa kita jelaskan sehingga tahun 2009 kita tutup dengan target penerimaan negara yang cukup baik dari perpajakan terutama dari Direktorat Jenderal Pajak. Itu adalah satu ujian pertama, saya bisa katakan anda semua lulus dengan nilai cukup baik. 

Tantangan kedua yang sekarang sedang diporak-porandakan oleh media dan masyarakat adalah tantangan apakah kita bisa mempercayai orang dari Direktorat Jenderal Pajak. Terus terang dengan kasus ini, saya sekarang menjadi sangat-sangat harus merendahkan diri saya. Saya tidak menuduh anda semuanya. Tapi persepsi publik terhadap Direktorat Jenderal Pajak dan orang dari dalam, sepertinya orang seperti Gayus tidak beroperasi sendiri dan tidak merupakan satu-satunya kasus. Dan dalam suatu suasana seperti ini, kita semuanya harus konsolidasi. Anda tidak perlu mempertanyakan komitmen saya. Saya selalu mengatakan, saya meletakkan seluruh reputasi saya dan saya meletakkan seluruh risiko jabatan saya untuk melindungi institusi ini dari mulai membangunnya kembali, membersihkan, memilih secara hati-hati, memberikan dukungan anggaran, memberikan dukungan terhadap prosedur, sampai saya harus menyampaikan kepada publik proses politik di DPR, bicara kepada media massa, menyakinkan Bapak Presiden, semua saya lakukan. Dan di dalam proses ini, anda bisa melihat, saya tidak punya agenda kecuali saya ingin membangun Direktorat Jenderal Pajak yang bisa dipercaya oleh publik. Saya tidak berubah komitmen itu. Namun, saya semakin menyadari bahwa apapun yang dilakukan oleh Menteri Keuangan tidak akan cukup dan tidak akan berhasil tanpa anda semua punya komitmen yang sama kuatnya dan komitmen ini tidak hanya sekedar bahwa saya paham apa yang dilakukan oleh Ibu Menteri. Pemahaman anda harus diterjemahkan oleh tingkah laku dan sikap bahkan keputusan-keputusan yang konsisten. Sekarang saya di sini berhadapan dengan seluruh jajaran Eselon II, Eselon III dan bahkan Kepala Kantor Pelayanan, betul kan? Betul. 

Coba kita sekarang analisa secara dingin dari kasus yang kita hadapi. Semenjak tahun 2006 sampai sekarang, kita mendengungkan reformasi, betul kan? Betul. Saya mencoba untuk mengubah struktur, saya mendengarkan dari bawah, saya mendengar dari semua pihak di Direktorat Jenderal Pajak, bagaimana yang anda butuhkan struktur itu, bagaimana kita bisa menempatkan orang-orang yang kita anggap tepat, bagaimana kita bisa menyaring dari orang-orang yang kita anggap memiliki risiko yang cukup tinggi. Ternyata bahkan di depan Direktorat Jenderal Pajak yang lama, Pak Darmin, anda selalu konsolidasi Rapim, saya tidak bisa benar-benar memahami bagaimana suatu modus kejahatan terjadi cukup lama tanpa ada satupun yang bisa mendeteksi dan memberitahukan kepada pihak yang cukup punya otoritas untuk melakukan koreksi. Itu adalah kegagalan yang sangat menampar kita, Pak. 



Coba kita evaluasi apa yang salah? 
Satu, sebagian dari anda barangkali sudah mendengar ada operasi itu tapi anda diam saja. Kenapa anda diam? Saya tidak tahu. Kulturnya, yang disebut ewuh-pakewuh, gak enak, ah selama saya tidak melakukan, asalkan bukan saya yang melakukan, dia saja yang melakukan, moga-moga nanti juga bisa koreksi. Pak, kita betul-betul diperhinakan dengan itu. Saya sudah berapa kali saya bicara di Rapim ini dengan anda tahu dan membiarkan anda termasuk dalam konspirator itu. Karena anda membiarkan risiko menjadi membesar. Anda membiarkan dia menjadi membesar dan meluas. Saya tadi bicara dengan Pak Dirjen Pajak, Pak Sekjen dan Pak Irjen. Sekarang masalah sulit yang saya harus hadapi adalah saya berhadapan dengan institusi pajak besar ini. Persepsi di luar, anda semuanya atau paling tidak 50% dari para pejabat dan pelaksana adalah seperti yang disampaikan oleh publik dan itu adalah prosentasi yang besar. Saya sampaikan pada anda semua, kalau saya atau anda semua sekarang menjadi Menteri Keuangan, pilihan kebijakannya apa coba? Saya diminta untuk membersihkan, bukan. Di mana saya dan siapa yang harus saya bersihkan dalam situasi ini? Kalau ibaratnya ini adalah kanker, tumor di dalam tubuh besar ini, kalau itu terjadi pada suatu lokalisasi, suatu lokal, tempat di unit tertentu maka saya akan tidak akan segan untuk memotongnya dengan harapan bahwa itu nanti adalah cost yang paling kecil, pengorbanan yang paling kecil yang bisa kita lakukan tanpa membuat seluruh organnya harus berkorban, betul kan? atau saya biarkan saja dia dengan berharap kemudian ada kemukjizatan kankernya itu hilang, begitu kan. Kan tidak terjadi. Karena sebelum kita berdoa untuk dapat mukjizat itu, ada orang lain yang sudah menemukan dan membukanya ke publik sehingga kemudian mereka melihat kepada kanker itu dianggap seluruh tubuh kita adalah identik dengan kanker itu. Sekarang menjadi sulit pilihan kita. Saya baca email tadi malam saya dengar, saya, anda, sebagian para jajaran kita, karyawan kita semua merasa resah. Anda sekarang turun di Gatot Subroto, halte di luar sudah dianggap sebagai halte Gayus. Saya hampir yakin sekarang kalau anda ditanya kerja dimana? Anda pura-pura untuk menjawab bukan di Direktorat Jenderal Pajak., anda bilang di Departemen Keuangan. Lebih aman. Anda hidup tanpa harga diri, anda bahkan tidak bisa dan tidak berani untuk menyampaikan identitas anda itu adalah titik paling rendah dari yang disebut strata manusia, manusia tanpa harga diri tanpa berani menyampaikan siapa anda, anda adalah bukan siapa-siapa. Sebetulnya selesai sejarahnya. Karena berapapun uang yang anda peroleh dari korupsi itu tidak bisa untuk membeli reputasi. Saya yakinkan itu. anda mau meng-hire PR yang paling bagus, anda mau meng-hire seorang lawyer yang paling bagus, anda akan menjadi selebritas tapi tidak reputasi apalagi integritas. Tidak bisa dibeli. 

Sekarang, saya akan minta beberapa hal untuk Rapim ini dan saya ini benar-benar minta kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang akan saya monitor untuk tugas-tugas yang harus kita lakukan di dalam situsi yang kita sedang hadapi. Pertama, seluruh Eselon II, Kanwil sampai Eselon III, Eselon II yang di pusat, Kanwil, kemudian KPP, Kepala Kantor, Eselon III, anda mulai sekarang dengan mengkonsolidasikan unit anda. Lakukan seperti yang akan saya lakukan. Lihat unit anda apakah ada kanker? putus dia dengan segera. Kalau anda termasuk dari bagian kanker itu, anda pasti akan dideteksi oleh atasan anda. Tapi kalau anda adalah bagian dari organ yang sehat, anda harus lakukan segera untuk meminimalkan persoalan. Saya minta dengan tegas, anda lakukan. Pak, hari ini masyarakat tidak lagi hanya puas dengan 1-2 orang saya berhentikan, mereka minta anda semua membuktikan secara terbalik bahwa anda itu punya harta itu syah dan halal. Sudah sedemikian tingginya kemarahan masyarakat. Artinya, anda semuanya, kita semua dianggap kita adalah guilty until proven that we are innocent. Ini adalah medan yang paling berat yang harus kita hadapi. Dalam situasi masyarakat yang normal, we are innocent until proven guilty, tapi hari ini dengan anda di luar disebutkan haltenya adalah Halte Gayus, di depan anda disebutkan ini adalah sarang koruptor, we are now guilty until we are proven innocent. Jadi medan yang kita hadapi berbeda Bapak dan Ibu sekalian. Medan yang kita hadapi ini sangat berbeda, saya tidak ingin anda semua completion, terlena, masih menganggap bahwa situasinya masih biasa-biasa saja. Karena medannya berubah, maka strategi kita juga harus berubah. Dengan adanya persepsi ini, kita harus melakukan lebih dari yang sekedar diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, saya minta seluruh KPP lihat, unitnya adalah unit yang controllable, anda punya anak buah jumlahnya cukup untuk bisa dilihat. Lihat modusnya. Setiap Eselon II juga saya anggap anda punya anak buah yang cukup. Yang saya masih belum paham, seharusnya dulu waktu saya mengubah Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pusat ini menjadi fungsional, harusnya pusat kan menjadi ceknya terhadap performance dari wilayah kan? Karena anda berubah menjadi fungsional, saya tidak tahu kenapa Direktur Keberatan dan lain-lain melakukan sendiri kasusnya. Yang ngecek dari Direktorat Keberatan dan Pemeriksaan itu siapa kemudian? Berarti ada yang salah di dalam struktur check and balance. Ini Pusat juga ngopenin kasus istilahnya, iya kan? Seharusnya ini kan dilakukan di Kanwil. Kalau beberapa saya dengar tadi, beberapa minggu ini, ada yang mengatakan, Ibu, karena kami harus membuat target penerimaan, setiap keberatan selalu kami tolak, karena kalau kami tidak tolak, kami dicurigai berkolusi dengan Wajib Pajak. Iya kan?. Ada perasaan begitu di beberapa tempat. Moga-moga tidak semuanya. Itu saja dari cerita itu anda semuanya sudah punya reputation problem, anda tidak punya kredibilitas sampai tidak berani untuk mengatakan kalau memang WP itu benar, keberatannya didukung oleh data yang benar dan anda tidak punya conflict of interest karena anda terlibat, harusnya anda bisa dengan tenang mengatakan memang dia keberatannya betul dan harus diterima, tapi karena anda semuanya sudah punya built in self-confidence nya hilang, reputasinya hancur, anda tidak berani mengambil risiko itu, ya kan? Sehingga mendingan keberatan semuanya adalah ditolak. Daripada saya punya risiko pribadi atau unit. Atasannya juga sama dan kemudian terjadilah ekses, kalau begitu sekarang tidak di dalam Direktorat Jenderal Pajak, kita mainnya dengan institusi lain. Dari kejadian ini, saya minta ada evaluasi terhadap struktur organisasi di Pusat dan seluruh Kanwil. Fungsi check and balance hilang. Tidak terjadi di Direktorat Jenderal Pajak. Kenapa? Mengapa bisa terjadi itu? Dimana fungsi para direktur-direktur yang seharusnya melakukan fungsi checking terhadap fungsi? Di sini semuanya ada? Direktur Pemeriksaan Penagihan, Direktur Peraturan I Peraturan Negara, Intelejen, Ekstensifikasi, Direktur Potensi, Penyuluhan, masih ada yang kosong semuanya. Anda semuanya kan yang seharusnya menjadi cek fungsi, kantor pusat tidak punya interest untuk berhubungan dengan WP secara langsung. Tapi kenapa ini terjadi? Ada suatu mekanisme early warning maupun check and balance yang tidak jalan. Jadi saya minta ini untuk dipikirkan di dalam Rapim ini. Apa yang salah? Ini kalau ditambah dengan perasaan anda tadi yang sebagian ternyata betul, saya sering ngomong agak tajam. Anda mengatakan saya mungkin agak kejam kalau ngomong. Tapi ternyata itu adalah perasaan yang benar. Anda gak enak sama teman Anda sendiri yang melakukan penyelewengan. 

Kombinasi, fungsi yang tidak ada, check and balance plus perasaan gak enak untuk ngasih tahu makanya berapa kali saya melakukan pelantikan Direktur KITSDA dan kalau Anda ingat saya mengatakan, di sini semuanya ada. Pak Erwin di sini, Pak Estu pernah, sekarang siapa? Pak Bambang. Pak Bambang ingat yang saya katakan waktu saya melantik anda bukan? Saya mengatakan kultur di dalam institusi Republik Indonesia adalah kultur yang dominasi dengan tenggang rasa. Apalagi ditambah dengan perasaan Anda semuanya dibesarkan dengan proses karir yang sama. Lebih parah lagi kalau anda dulu sekolahnya sama. Dari mulai anda lulus SMA, mulai sekolah, mulai kerja, dapat pacar, punya bini, punya anak, mantu, naik karir, anda bersama-sama, bagaimana mungkin saya akan mengkhianati teman saya. Anda salah saja mikir seperti itu. Individual anda mengalahkan kebutuhan institusi. Lebih parah lagi, anda tidak peka terhadap pandangan masyarakat yang sudah berubah. Ada pikir anda bisa menjaga ke-korps-an ini dan kemudian masyarakat akan dengan tenang menerima, kalau dengan sedikit lobi dan sentuhan-sentuhan, saya kurang tahu sentuhan apa itu. Tapi anda salah saja sekarang ini. 

Jadi saya minta untuk fungsi check and balance di Kantor Pusat dan kegagalan check and balance itu harus kita review, dimana posisi Kanwil, dimana posisi Direktur? Apa yang terjadi dan bagaimana kita bisa menciptakan early warning terhadap kondisi yang terjadi dari mulai tingkat pusat sampai tingkat pelaksana di masing-masing kantor. 

Pak, kalau saya baca wajah bapak-bapak dan ibu sekalian hari ini, sebagian dari anda mengatakan ”Biarkan Ibu Menteri marah-marah sekarang, sebentar lagi juga selesai”. Jangan dikira bahwa saya tidak mengerti reputasi sebagian dari anda. Setiap kali saya mau melakukan mutasi, promosi, rotasi, jangan dikira saya tidak punya informasi terhadap diri anda. Saya punya. Kalau saya boleh milih, sampai hari ini kalau saya ditanya tadi barusan Bapak Presiden menanyakan, ”Apa rencana Menteri Keuangan di dalam menangani Direktorat Jenderal Pajak?” Kalau saya mau sembrono, saya akan mengatakan, ”Pak, kita menyerah lah pak. Udah gak ada lagi yang tersisa, orang yang bisa saya percaya.”



Saya tanya sampai hari ini, 49 posisi Eselon II di Kantor Pajak ini. Saya lihat profil anda semuanya. Tanggal lahirnya, usia anda bahkan sekarang saya sudah minta kepada PPATK, saya minta nama anda dan seluruh tanggal lahir, termasuk istri atau pasangan anda, saya akan minta laporan sebelum saya dipermalukan lagi. Kalau anda mau mengatakan, saya meminta, saya berharap anda bisa melakukan koreksi pada diri sendiri tanpa harus diintervensi orang lain, Anda gagal. Anda membiarkan itu terjadi sampai sekarang seluruh Direktorat Jenderal Pajak kita pertaruhkan. Saya tidak bisa lagi sekarang mengatakan ada orang yang masih bisa saya percaya. Karena Pak, dengan adanya kasus Gayus ini, semua SMS keluar Pak. Saya tahu tetangga saya adalah pelaksana, rumahnya mirip dengan Gayus. Di sebelah sana juga. Jangan di underestimate perasaan masyarakat yang sekarang berlomba-lomba ingin makin mempermalukan kita. Jangan pernah underestimate itu. Anda semua yang punya rumah bagus sekarang akan berhadapan dengan situasi. Pak Tjiptardjo didatangin seluruh kamera untuk lihat rumahnya kayak apa. Anda pikir tidak sebentar lagi adalah rumah anda akan dilihat? Never underestimate, Pak. Dia dimana rumahnya? Bagaimana penampilan tiap hari? Berapa mobilnya? Saudara Gayus ini beberapa bulan yang lalu kalau saya ke Pacific Place, jalan ke sana mungkin sama anak saya cuma traktir untuk makan siang. Kalau dia ternyata traktir beli Harley Davidson, Pak. Saya kalau diceritain kayak gitu saya musti harus ngomong kayak apa? Apakah ini hanya satu orang?

Kalau sekarang Gayus mengatakan kepada tim di luar atau kepada lawyernya bahwa dari 25, 10 adalah seperti saya. Coba bayangkan Matematikanya, orang-orang langsung kalau begitu dari 30 ribu, 15 ribu kayak Gayus. Gimana saya akan memulai memperbaiki institusi ini Pak? Maka jangan pernah merasa anda sekarang terlena, saya katakan tadi medannya berubah. Saya hormati anda yang telah bekerja lama. Saya hormati terhadap seluruh pencapaian yang anda lakukan. Soal itu saya tidak bergeming. Saya tetap akan menghormati seluruh pencapaian yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak di dalam mengumpulkan penerimaan negara. Tapi reputasi kita sekarang sedang dipertaruhkan dan sangat genting. Bantu saya. Saya gak tahu. Bantu saya saja sekarang. Saya gak tahu lagi bagaimana harus menolong anda semua. Bantu saya. Saya minta untuk ada semacam early warning. Saya harus bisa menjelaskan kepada publik di luar dengan tenang dan saya harus tetap mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Pajak berfungsi, moral anda semuanya masih cukup, semangatnya masih tinggi. Tapi di sisi lain saya juga akan bisa dengan tenang mengatakan bahwa kami melakukan koreksi yang kredibel. Nah, bantu saya untuk menjaga kepercayaan itu. Karena dengan ketenangan dan dengan statement saya bahwa Direktorat Jenderal Pajak masih berjalan, masih berfungsi, semangat anda semuanya masih sangat tinggi. Tapi beri saya jalan untuk bisa membuktikan kepada publik bahwa koreksi terjadi. Siapa yang akan dikoreksi, dimana, bagaimana, itu yang saya mintakan sekarang. Siapa yang harus saya koreksi? Saya tidak hanya bisa mengatakan kami sedang melakukan koreksi. Mereka ingin tahu bagaimana Ibu? Kapan? Di Bagian mana? Siapa yang terkena? Apa dampaknya? Anda bisa menjawab itu semuanya? Saya akan membicarakan pada akhir minggu ini kepada publik, ini yang kita lakukan. Rapim ini tugas anda semuanya adalah selain anda mengamankan penerimaan negara, saya minta road mapnya. Di bagian mana? Siapa yang terkena? Bagaimana dan time framenya. Beri saya peta itu. Akan lebih bagus lagi kalau anda bisa mengatakan yang ini, yang ini, yang ini lebih baik dinonaktifkan. Saya lihat struktur anda semuanya Pak, saya bicara dengan STAN. Alumni STAN kemarin seminggu yang lalu persis begitu meledak kasus Gayus. Saya tanya, ini ada Gayus lulusan STAN, kemarin ada lagi juga lulusan STAN yang berhubungan dengan Century. Dirjen Pajak lulusan STAN (dulu IIK). Anda sendiri malah ada yang mengatakan sekarang STAN kalau ngomongnya rada pelan menjadi STAN *Setan*. Sedih lho Pak mendengar kayak gitu. Saya ingin membangun kampus itu di Bintaro dengan baik. Saya datang ke sana, saya memberikan pidato, saya memberikan dukungan anggaran. Kalau sekarang reputasinya seperti itu saya sedih sekali. Nanti saya minta hal itu menjadi sesuatu PR kita bersama. Jadi saya minta di Direktorat Jenderal Pajak, tentu bukan semuanya lulusan STAN. Tetapi saya tidak peduli anda semua ada di dalam korps yang sama. Jangan bedakan dengan mengatakan, ya memang itu hanya lulusan STAN, saya nggak percaya tuh. Yang non lulusan STAN juga punya penyakit yang sama, begitu anda punya power, begitu anda punya kesempatan, begitu tidak ada pengawasan, anda terjangkit saja penyakit ingin melakukan abuse. Dan selama ini begitu melakukan penyalahgunaan, begitu tidak ada yang memberikan peringatan, tidak ada konsekuensi, tidak ada hukuman, maka anda akan dengan tenang. Kalkulasi ini adalah manusia rasional saja semua anda ini. Kalau risiko berbuat salah lebih kecil dari tidak berbuat salah, anda semuanya, apapun agamanya, apapun sekolahnya, apapun suku anda, saya hampir yakin hanya segelintir saja barangkali orang yang sangat berbeda sekali, tetapi hampir yakin semuanya pasti akan kena godaan itu. Jadi kita harus berkoreksi untuk mencari check and balance bagaimana membuat kita selalu harus merasa diawasi dan pengawasan itu memang efektif. Saya minta itu kemudian dimunculkan. Jadi nanti Pak Tjip, hasil Rapim saya akan minta untuk akhir minggu ini, saya akan pelajari, selain adalah tadi pengamanan penerimaan pajak kita. Karena kinerja dan integritas itu bukan pilihan, saya tidak bisa mengatakan, “Ibu, karena kami sedang berbenah-benah maka setorannya menjadi kurang”. Itu tidak, itu satu mata uang dengan dua sisi. Di sisi lain, satu sisi adalah saya ingin penerimaan tetap, di sisi lain anda melakukan pembenahan. Itu adalah dua indikator dari satu mata uang yang sama. 



Sekarang saya akan minta beberapa hal. Saya sudah menyampaikan 8 (delapan) langkah. Saya lihat profil anda. Delapan langkah yang saya instruksikan kepada Pak Dirjen Pajak maupun KPP dan Inspektorat Jenderal. Delapan langkah itu termasuk saya minta anda semua untuk menyerahkan Laporan Harta Kekayaan anda. Saya tahu sebagian besar anda atau semuanya sudah melakukannya dan dengan adanya kasus barangkali anda sudah mulai mempunyai motif untuk menyembunyikannya. Saya tidak peduli, saya perlu itu. Saya juga tahu bahwa sebagian anda pasti juga sudah membayar pajak. Saya mendengar beberapa pengamat mengatakan, “Siapa yang memeriksa SPT-nya orang pajak?” Saya sudah minta berhubungan dengan kasus Sdr. Gayus ini, seluruh WP yang berhubungan dengan Keberatan dari tahun 2006 sampai 2009 untuk dilihat kagi kasusnya. Saya tidak apriori barangkali sebagian adalah genuinely benar. Tapi untuk hari ini saya minta, karena tadi yang disebutkan anda semuanya dianggap guilty until proven bahwa anda innocent. Maka untuk WP-nya juga sama. Saya sudah minta untuk melihat kepada kasus yang ditangani itu tidak hanya yang berhubungan dengan di kantor pusat. Saya minta Kanwil untuk juga melakukan evaluasi yang sama. Kemarin Pak Tjiptardjo sudah menyampaikan 4 (empat) dari profesi, yaitu Pemeriksa, Keberatan, AR, sama Juru Sita. Saya tidak juga mau mengatakan anda semua atau semua yang bekerja di 4 (empat) fungsi itu adalah orang-orang yang sama seperti Gayus, tidak. Tapi beri saya peta, siapa yang masih bisa saya percaya di dalam Direktorat Jenderal Pajak. Semakin cepat semakin baik. Karena anda harus bisa menyampaikan bahwa persoalannya ternyata dilokalisir hanya terjadi di tempat ini, oleh kelompok ini atau oleh segelintir orang ini. Kalimat atau kata segelintir ini menjadi mewah sekarang. Moga-moga benar, karena kalau tidak, anda termasuk dalam keseluruhan satu keranjang dengan segelintir itu. Kita harus membedakan antara segelintir dengan yang tidak segelintir itu. Beri saya mengenai profil dari pemeriksa, keberatan, AR maupun yang berhubungan dengan juru sita bahwa mereka adalah orang-orang yang masih kita bisa percaya. Kalau kasus seperti itu hanya sedikit saja. 

Sekarang kalau kita melihat modusnya, kalau seorang atau yang disebut mereka yang bekerja sebagai keberatan, pemeriksa dan yang lain-lain, di atasnya ada hubungannya dengan supervisinya atau tidak? Bagaimana peranan mereka? 

Kemarin ada salah seorang pengamat atau siapa saya tidak tahu, saking banyaknya yang berkomentar mengenai masalah ini, mereka bilang “Kalau seorang Gayus yang IIIa dia punya duit, berapa katanya, 28 atau 25? Nanti kalau ketahuan ternyata lebih banyak lagi. Terus dia pakai Matematika, 30 ribu orang pajak kalau nilepnya segede Gayus, dikalikan, maka negara dirugikannya adalah 80 Triliun.” Begitu kan? 

Itu Matematika yang sangat tidak masuk akal. Tapi rakyat ngikutin saja. Gampang soalnya. Jadi anda dikloning persis seperti Gayus semua, terus dikalikan dengan jumlahnya. Nah, kan berarti, anda akan diginikan, nanti kalau saya minggu depan di DPR, iya kan? Saya akan dipanggil DPR kan? Saya harus mempertanggungjawab kan tentang reformasi pajak ini, terus DPR menggunakan Matematika itu, karena gampang, nanti dipakai untuk pidato, “Menteri Keuangan, kalau Sdr. Gayus saja dia bisa nilep sekian puluh milyar, kalau 30 ribu orang di Departemen keuangan dikalikan berapa milyar maka potensi penerimaan pajak kita harusnya masih ada 80 Triliun. Kalau anda mau tetap menjadi Menteri Keuangan, anda harus bisa mengembalikan 80 Triliun itu dalam tahun 2010.” 

Mampus nggak anda semua? Logika seperti itu. Makanya kalau kita tidak punya peta yang exact untuk saya presentasikan di depan DPR minggu depan, anda semuanya akan dihadapkan pada logika-logika seperti itu. Saya sudah minta kepada Pak Dirjen Pajak, Pak Irjen maupun Pak Sekjen untuk Rapat Kerja di Dewan, sebelum Rapat Kerja, saya harus sudah membuat tindakan nyata. Karena itu adalah down payment, itu adalah down payment untuk koreksi kita dan selain tindakan nyata saya harus bisa menjelaskan dengan tenang dan confident bahwa inilah yang akan saya lakukan untuk mengoreksi, menyelamatkan Direktorat Jenderal Pajak dari reputasi ini. 

Dalam suasana seperti ini, saya ingin semua untuk melakukannya dengan penuh komitmen dan integritas. Saya minta seluruh jajaran untuk tidak bermain politik, anda semuanya saya yakin punya network politik. Terutama anda yang petinggi-petinggi yang duduk di depan ini atau bahkan di belakang yang memang punya skill. Terus anda melakukan skill untuk melakukan networking, mempolitisasi ini berarti anda mengkhianati lebih banyak lagi terhadap Direktorat Jenderal Pajak dan saya sangat yakin anda semua pasti cinta sama institusi ini, mestinya melebihi saya. Mencintai Direktorat Jenderal Pajak. Kalau anda mau menghancurkan dan merusak, ini saatnya. Anda pengen menghancurkan? Hancurkan sekarang. Ini adalah saat yang paling baik. Tidak ada waktu yang lebih baik. Tapi kalau anda mau menyelamatkan bersama saya, kita selamatkan sekarang. Saya minta semuanya tidak melakukan politisasi terhadap isu ini. Ini adalah kesalahan atau suatu kegagalan dari unit organisasi. Ini bukan kegagalan Direktorat Jenderal Pajak keseluruhan. Jadi kita bisa mengoreksinya secara baik dan ini membutuhkan suatu action dari kita semua. 

Saya akan stop sekarang. Sampai di sini saya akan minta 4 (empat) orang bicara dari belakang. Coba saya ingin minta pandangan anda terhadap kasus ini dan apa yang menurut anda ingin disampaikan kepada saya, kemudian saya akan teruskan lagi. Silakan anda sekarang bicara, saya dengarkan. 



No comments: