Pages

Thursday, October 13, 2011

[Koran-Digital] Ardi Winangun: Semakin Banyak Noda di Partai Putih

Semakin Banyak Noda di Partai Putih
Jum'at, 14 Oktober 2011 - 10:06 wib

Banyaknya anggapan bahwa PKS akan unggul dan sebagai satu-satunya partai
berhaluan Islam yang tetap eksis dalam Pemilu 2014, sepertinya anggapan
itu belum tentu menjadi kenyataan. Hal demikian bisa terjadi karena
diakibat berbagai sikap dan ulah kader PKS yang menyimpang sehingga
melunturkan simpati, empati, dukungan, dan harapan yang semula akan
diberikan rakyat kepada partai yang disebut sebagai partai putih ini
menjadi ditimbang ulang.

Setelah salah satu anggota DPR dari Fraksi PKS, Arifinto, kepergok
menonton video porno, buka aib oleh salah satu pendiri Partai Keadilan,
cikal bakal PKS, Kiai Haji Yusuf Supendi; dan pemanggilan anggota
Banggar dari PKS Tamzil Linrung oleh KPK. Kini PKS dinista oleh banyak
kalangan terkait dengan ucapan salah satu anggotanya, Fahri Hamzah
dengan ucapannya yang ingin membubarkan KPK.

Apa yang dikatakan oleh Fahri Hamzah tersebut tentu melawan dari
semangat untuk memberantas korupsi yang sekarang semakin mengganas dan
menggila. Apa yang dikatakan oleh Fahri Hamzah tersebut membenarkan
bahwa gerakan civil society yang terjadi di Indonesia tanpa melibatkan
partai politik. Tanpa adanya keterlibatan partai politik ini juga diakui
oleh Adnan Buyung Nasution bahwa gerakan antikorupsi yang dijalankan
seiring reformasi birokrasi di Indonesia akhir-akhir ini melemah. Partai
politik yang kerap melontarkan slogan bersih dan antikorupsi justru
telah dinilai gagal berperan.

Ungkapan yang dikatakan oleh Adnan Buyung Nasution itu benar adanya,
buktinya ketika kasus Cicak dan Buaya ramai, partai politik cenderung
diam seolah-olah itu bukan urusannya. Diamnya partai politik itu bukan
karena mereka tidak mengerti dan tidak paham tetapi karena mayoritas
partai politik berada di dalam kekuasaaan sehingga ketika kekuasaan
dicoba untuk digoyang maka mereka bersatu melawan goyangan itu.

Apa yang dilakukan oleh sebagaian kader PKS itu mengubah pandangan
terhadap PKS yang selama ini dirasa santun, islami, proreformasi, dan
antikorupsi, menjadi sebuah pandangan bahwa semua partai adalah sama,
haus kekuasaan dan sarang koruptor. Partai ini ternyata sama saja dengan
partai-partai lainnya.

Ketika Kiai Haji Yusuf Supendi, membongkar borok-borok kader PKS, banyak
orang menuduh apa yang dikatakan oleh Kiai Haji Yusuf Supendi tidak
benar. Namun ketika Tamzil Linrung dipanggil KPK dan Fahri Hamzah
menginginkan KKP dibubarkan, membuat apa yang diucapkan oleh Kiai Haji
Yusuf Supendi itu bisa menjadi benar.

Apa yang dilakukan oleh Kiai Haji Yusuf Supendi dengan membongkar aib
rekan-rekannya sendiri itu tujuannya bagus juga, yakni mengungkap adanya
lalu lintas uang yang bisa dikatakan tidak halal. Dengan laporan itu
mengingatkan bahwa kader PKS juga suka uang yang jumlahnya sama dengan
uang yang dikorupsi oleh koruptor, yakni miliaran.

Apa yang dilakukan oleh Arifinto, Tamzil Linrung, dan Fahri Hamzah
menambah corengan atau noda yang sebelumnya telah digoreskan oleh Yusuf
Supendi. Dari semua itu tentu akan mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap PKS dalam Pemilu 2014.

Sebagai partai yang berdiri pada 20 April 2002 dan merupakan kelanjutan
dari Partai Keadilan yang berdiri pada 20 Juli 1988, partai ini
mempunyai prospek masa depan yang cerah. PKS mengalami perkembangan yang
sangat pesat dari waktu ke waktu. Di tengah partai-partai Islam lainnya
mengalami penurunan suara, PKS justru dari pemilu ke pemilu melonjak
perolehan suaranya. Pada Pemilu 1999, Partai Keadilan dengan nomor urut
24 mampu meraih suara 1.436.565 (1,36%) dengan jumlah kursi di DPR 7.
Pada Pemilu 2004, dengan nama baru PKS, partai ini mampu meraih suara
sebesar 8.325.020 (7,34%) dengan jumlah kursi mencapai di DPR 45 buah.
Pada Pemilu 2009, PKS lolos parlemen threshold dengan meraih suara
8.206.955 (7,88%) dengan jumlah kursi di DPR 57 buah.

Seiring pesatnya perkembangan partai, kader dan pengurus partai lupa
bahwa semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya, semakin mapan
partai semakin tinggi godaannya. Nah di sinilah rupanya haluan yang
dipegangnya, haluan Islam, tidak mampu membendung godaan itu. Akibatnya
partai ini dari sifatnya yang idealis menjadi pragmatis. Proses tawar
menawar kekuasaan dan kepentingan menjadi hal yang biasa di dalam tubuh
partai ini.

Pesatnya perkembangan partai inilah yang mengakibatkan PKS mempunyai
daya tawar yang tinggi sehingga Presiden SBY berpikir ulang ketika
hendak me-reshuffle menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II
yang berasal dari PKS. Namun daya tawar yang tinggi inilah yang
menyebabkan PKS menjadi sombong dengan kekuasaannya. Kesombongan ini
akhirnya menjelma seperti apa yang dikatakan oleh Guru Besar Universitas
Cambridge pada Abad XIX, Lord Acton yang mengatakan power tends to
corrupt and absolute power corrupts absolutely, yang artinya, kekuasaan
cenderung untuk korup dan kekuasaan mutlak korup secara mutlak.

Hal ini semua seharusnya menjadi intropeksi bagi kader PKS, bahwa apa
yang selama ini dirintis, seperti gemar melakukan kegiatan sosial dan
kader-kadernya yang terkenal santun dan cerdas, akan sirna bila kader
lainnya melakukan tindakan korupsi dan melawan gerakan antikorupsi.

Ardi Winangun
Pengamat Politik dan Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI
http://suar.okezone.com/read/2011/10/14/58/515118/semakin-banyak-noda-di-partai-putih

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

No comments: