Monday, 17 October 2011
ImagePendukung gerakan Duduki Wall Street menggelar unjuk rasa di Times
Square, New York, kemarin. Gerakan anti-Wall Street semakin meluas ke
berbagai negara di Eropa dan Asia.
NEW YORK – Gerakan anti- Wall Street yang dikenal dengan Duduki Wall
Street (Occupy Wall Street/OWS) mendunia. Aksi unjuk rasa mereka, yang
awalnya memprotes keserakahan korporasi global di Amerika Serikat
(AS),menginspirasi gerakan serupa di berbagai negara,mulai dari Eropa
hingga Asia.
Di Roma, Italia, aksi demonstrasi berujung kerusuhan. Demonstran merusak
kantor bank serta membakar mobil dan gedung militer, Sabtu (15/10) waktu
setempat. Polisi anti-huru-hara berusaha menenangkan masa, tetapi para
demonstran justru semakin panas." Hari ini (kemarin) hanya sebagai awal,
kita akan melanjutkan gerakan global ini,"kata Andrea Muraro, 24,
mahasiswa yang ikut berdemonstrasi. Perdana Menteri Italia Silvio
Berlusconi mengecam aksi demonstrasi yang berujung kekerasan.
" Kerusuhan ini sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan warga sipil,"
katanya. Kerusuhan akibat demonstrasi di Roma ini merupakan yang
terparah dengan 70 orang terluka, 3 di antaranya dalam kondisi serius.
Gerakan anti-Wall Street ini bermula di New York pada 17 September lalu.
Mereka membawa pesan antikapitalis serta menyuarakan kekecewaan terhadap
tingginya jumlah pengangguran dan lambatnya pemulihan ekonomi.
Awalnya, aksi hanya diikuti sekelompok kecil aktivis, tetapi belakangan
terus meluas dan melibatkan banyak orang dengan beragam latar belakang.
Gerakan Duduki Wall Street menargetkan aksi mereka bakal diikuti massa
dari 951 kota di 82 negara, tersebar dari Amerika, Eropa hingga Asia. Di
Madrid,Spanyol,aksi unjuk rasa berlangsung meriah. Aksi diikuti puluhan
ribu orang dari berbagai latar belakang ekonomi. Itu merupakan unjuk
kekuatan terbesar yang dilakukan sebuah gerakan di Taman Puerta del Sol,
Madrid. Mereka mengekspresikan kemarahan atas peningkatan pengangguran
dan menolak keberpihakan pemerintah terhadap pemilik modal.
Di Portugal, 50.000 orang ikut berdemonstrasi."Kita adalah korban
skandal spekulasi finansial.Kita harus mengubah akar sistem ini," ujar
Mathieu Rego,25,peserta demonstrasi. Gubernur Bank Sentral Italia, Mario
Draghi, yang juga mantan eksekutif di raksasa Wall Street,Goldman
Sachs,memahami aksi demonstrasi yang terjadi di berbagai negara.
"Anakmudamemilikihakuntuk marah," katanya dalam pertemuan keuangan G-20
di Paris. "Mereka marah terhadap dunia keuangan.
Saya pahammereka." Aksi protes juga terjadi di Amsterdam,Athena,
Brussels, Jenewa, Paris, Sarajevo, dan Zurich. Di Toronto, Kanada, 5.000
orang berdemonstrasi di distrik keuangan di kota itu. Mereka juga
mendirikan tenda di taman kota. Kota London, Inggris, juga
memanas.Polisi London telah menahan lima orang yang menggelar
demonstrasi di Katedral St Paul.Tiga di antaranya ditahan karena
menyerang polisi, sementara dua lagi melanggar ketertiban umum.BBC
melaporkan 3.000 orang ikut dalam protes ini. Aksi serupa juga digelar
di Bristol,Birmingham, Glasgow,dan Edinburgh.
Para aktivis dalam aksi protes ini membawa spanduk bertuliskan "Kita ini
99%" serta "Bankir ditalangi,kita yang dihabisi". Julian Assange,
pendiri Wikileaks, sebelumnya turut memberi pidato di depan sekelompok
demonstran. Dengan pengawalan ketat, Assange menegaskan dukungan
terhadap "Duduki London". "Sistem perbankan di London merupakan penerima
uang korupsi," katanya. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague
bersimpati atas aksi warga yang memprotes permasalahan ekonomi global.
"Itu benar bahwa banyak hal yang dihadapi dunia Barat dan terlalu banyak
utang dimiliki oleh negara dan didukung dengan sistem bank yang telanjur
rusak," katanya seperti dikutip Reuters. Namun, menurut Hague, aksi
demonstrasi bukan jawabannya." Jawabannya adalah pemerintah harus
mengontrol utang mereka. Saya khawatir demonstrasi di jalanan tidak akan
menyelesaikan masalah," tegasnya.
Adapun di New York,AS,puluhan demonstran ditangkap polisi kemarin.
Sebagian ditangkap di Times Square, sedangkan lainnya ditahan karena
akan memasuki kantor cabang Citibank. Lima demonstran yang memakai
topeng ditahan di tempat lain. Polisi sempat kesulitan menangkap para
demonstran karena mereka bercampur-baur dengan para turis."Sepanjang
hari, sepanjang pekan, duduki Wall Street," demikian teriakan para
demonstran. Setidaknya terdapat 5.000 orang yang terlibat dalam aksi
tersebut.
Mereka melakukan aksi unjuk rasa dengan berjalan melintasi Zanotti Park
menuju Times Square. "Kami hancur, bank justru dapat dana talangan,"
teriak para demonstran. Mereka juga berjalan ke arah Chase Bank demi
mendukung 14.000 para pekerja yang dipecat setelah pemerintah
mengucurkan dana talangan sebesar USD94,7 miliar. Para mahasiswa,aktivis
serikat pekerja berdemonstrasi membawa spanduk bertuliskan "Kita adalah
99%", "Kita adalah rakyat", dan "Obama, kita butuh dukunganmu".
Aksi itu tidak hanya berlangsung di kawasan Times Square, New York,
tetapi juga di sejumlah kota lain seperti Los Angeles dan Pittsburgh
yang diikuti ribuan orang. Di Washington, sebanyak 3.000 demonstran
berkumpul di National Mall."Kita telah memberikan dana talangan ke Wall
Street. Saat ini adalah waktunya memberikan dana talangan bagi para
pekerja Amerika," kata Martin Luther King III, putra pejuang hak asasi
manusia Martin Luther King, di tengah kerumunan demonstran seperti
dikutip AFP."Saya percaya jika ayah saya masih hidup, dia akan berdiri
di sini bersama kita untuk ikut berdemonstrasi hari ini.
" Di Miami, sedikitnya 1.000 warga menggelar demonstrasi. Mereka terdiri
atas pemuda, pensiunan, dan korban pemutusan hubungan kerja.Mereka
menentang ketamakan perusahaan, bank, dan perang.Aktor Hollywood Sean
Penn menjadi selebritasyangmendukungaksi itu. "Saya mendukung semangat
yang terjadi saat ini di Wall Street,"katanya kepada CNN.
Asia Turut Memanas
Aksi anti-Wall Street juga menginspirasi para aktivis di Asia untuk
menggelar aksi demonstrasi. Di Hong Kong, demonstrasi digelar meski
tidak banyak orang yang ikut aksi itu. "Banyak orang tidak ikut ambil
bagian dalam aksi ini karena krisis ekonomi belum mencapai Hong Kong
saat ini,"ujar aktivis sayap kiri Napo Wong Weng-chi.Menurutnya,kondisi
ekonomi Hong Kong tidak seburuk AS dan Eropa. Sementara di Kuala Lumpur,
200 orang ikut dalam aksi yang mengecam ketamakan korporasi.
" Warga yang ikut aksi masih sedikit karena mereka belum tahu bahwa kita
menggelar demonstrasi di sini.Masih kurangnya publikasi menjadi
penyebab," kata Fahmi Reza, 34, dari Dewan Rakyat Kuala Lumpur, sebuah
organisasi sosial. Beberapa demonstran mengusung spanduk bertuliskan
"Duduki Dataran".Aksi itu dibayangi kekerasan oleh aparat keamanan
Malaysia yang kerap bertindak keras jika ada aksi demonstrasi.
"Anti-kapitalisme bukan penyebab saya ikut aksi ini, tetapi antiotoriter
menyebabkan saya sebagai warga menyuarakan hak-hak,"kata Wong Chin Huat,
38, seorang dosen yang ikut aksi itu.
Dari Singapura, seorang yang tidak dikenal membuat akun Facebookdan
Twitter yang menyerukan kepada warga Singapura untuk memprotes
ketidakadilan pendapat dan kurangnya akuntabilitas dana kekayaan
negara.Dalam pesan di situs sosial media itu,mereka menyerukan aksi
demonstrasi pada hari ini. Namun, Singapura melarang demonstrasi dan
pertemuan tanpa izin.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/436384/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
No comments:
Post a Comment