Pages

Sunday, October 16, 2011

[Koran-Digital] Greenpeace Merasa Dibungkam

"Saya merasa seba gai bangsa Indone sia yang harus menghargai tamu."

Aktivis menilai ditolaknya John Sauven, Direktur Greenpeace Inggris, masuk ke Indonesia merupakan bentuk pembungkaman terhadap masyarakat sipil dalam memerangi perusakan hutan.
Ditangkalnya Sauven merupakan bagian dari skema menekan Greenpeace secara sistematis.“Ini juga gejala kembalinya caracara rezim Soeharto,“ kata Adi Harnowo, juru bicara Greenpeace Indonesia, kemarin.

Sauven ditolak masuk Indonesia pada Kamis lalu. Dia ditahan oleh petugas Imigrasi saat tiba di Bandar Udara SoekarnoHatta. Padahal Sauven sudah mengantongi visa bisnis yang diperoleh dari Kedutaan Besar Indonesia di London beberapa minggu sebelum kedatangannya. Hingga kini, Greenpeace Indonesia belum mendapat penjelasan resmi dari kantor Imigrasi.

Sehari setelah Sauven mendapat visa, muncul berita bahwa pria itu dilarang masuk ke Indonesia untuk konferensi hutan.
Padahal saat itu ia belum pergi ke Indonesia, sehingga tidak pernah dilarang masuk. Di Indonesia, Sauven berencana bertemu dengan beberapa tokoh penting di pemerintahan.
Ia juga akan mengunjungi hutan di Sumatera, bertemu dengan sejumlah pebisnis penting, dan menjumpai Duta Besar Inggris untuk Indonesia.

Terkait dengan kasus Sauven, kemarin anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, Mas Achmad Santosa, meminta petugas dari kantor Imigrasi di Bandara Halim Perdanakusuma membiarkan aktivis Greenpeace, Andrew Taits, masuk ke Indonesia. Menurut dia, pembebasan Taits sudah dikoordinasikan dengan sejumlah menteri terkait.
Sebab, sehari sebelumnya kedatangan Andrew Taits tidak menjadi masalah.

Mas Achmad mengatakan dia dan Andrew Taits diundang oleh Greenpeace Indonesia untuk melihat kondisi hutan Indonesia dari udara bersama tamu dari Inggris, di antaranya tokoh dunia usaha, Sir Martin Lorell.“Saya merasa sebagai bangsa Indonesia yang harus menghargai tamu,“kata dia.

Menurut Adi Harnowo dari Greenpeace Indonesia, sejak memulai kampanye terhadap Asia Pulp & Paper (APP), anak perusahaan Sinar Mas Group yang aktivitasnya dinilai merusak hutan Indonesia, organisasi itu mengalami berbagai serangan. Terutama setelah peluncuran kampanye penyelamatan hutan Indonesia awal tahun ini.
“Sekelompok politikus dan pengusaha mendesak agar Greenpeace diusir dari Indonesia,“kata dia.

Namun tudingan ini dibantah Neglasari Martini, Stakeholder Relations Asia Pulp & Paper Group. Menurut dia, masalah yang menimpa aktivis Greenpeace Inggris itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan perusahaan. “This is in no way related to our operations,“kata dia.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengklaim memiliki alasan logis mengapa menolak John Sauven.Tindakan Imigrasi itu memang hak kedaulatan pemerintah terhadap warga negara asing.“Kami di bagian imigrasi melaksanakannya,“kata juru bicara Imigrasi, Maryoto.

Dia mengatakan Imigrasi menerapkan aturan selektif untuk menyeleksi masuknya orang ke Indonesia. Hanya orang yang bermanfaat bagi Indonesia yang boleh masuk. Maryoto tidak mau mengungkapkan alasan pasti penangkalan Sauven. Ia mengklaim pemerintah punya aturan jelas soal penangkalan. “Yang patut ditangkal adalah orang-orang yang membahayakan keamanan, ketertiban, dan kedaulatan negara,“ katanya. MUHAMMAD TAUFIK | ISMA SAVITRI | IRA GUSLINA | SUNUDYANTORO

http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/10/17/ArticleHtmls/Greenpeace-Merasa-Dibungkam-17102011007004.shtml?Mode=1

No comments: